Puisi: Manusia Liberal
Antologi Puisi Manusia Liberal
Karya: Anom Surya Putra (2007)
SAINTISME
dulu sekali, kau cinta kepada tuhan
manusia, aku tak suka !
agak lama, kau cinta kepada partai
kerumunan, aku tak suka !!
kini, kau cinta kepada kamera
bayangan, aku suka …
sejak itu kebenaran adalah kepercayaan untuk
Yang Nyata, Yang Gila
ALAM KONKRET
Hati bumi terbuat dari minyak, batu bara
Kepala bumi terbuat dari hujan, sinar matahari
Piano terbuat dari kayu, besi
Biola terbuat dari kayu
Manusia terbuat dari apa? Nalar, pokoknya Nalar!
Awas, kalau nggak pakai Nalar
“Ptah”, animal symbolicum telah mengutuk bumi
”Pengumuman: Kita kubur Nalar, Bangkitkan Esensi”
alam konkret kita beli,
kita jual,
kita simpan,
kita tawar,
kita tinggalkan
Lihatlah, kearifan sedemikian agung
HUKUM
Homo pasalicus
Sebarisan pasal memaksa manusia taat
Homo oeconomicus
Sebarisan angka merangsang manusia hidup
Homo politicus
Sebarisan kartu menancapkan manusia di lapangan
Homo yuridicus
perkumpulan para homo
ALIRAN
Yang dikuasai adalah kekuasaan yang terbagi
Yang dicitakan adalah kesatuan yang terbilang
Yang dibenci adalah akal budi
Yang dipentingkan adalah pelototan mata nanar
Yang disanjung adalah keturunan agung
Yang diselamatkan adalah segala jenis budak
Yang ditakutkan adalah diskusi persepsi
Yang diolah adalah mata rantai makanan
Yang dibenarkan adalah belas kasihan
Yang disantuni adalah korban buruk rupa
Yang dipelihara adalah pelaku bermulut sintetis
Yang disukai adalah uang tanpa nomor seri
Yang tersisa adalah Ego
Selamat tinggal Pencerahan
Selamat datang Renaissans
MINUET
Para pengamen itu menyanyikan Minuet*
Dengan gesekan biola Cina
Para penonton itu menyimak Minuet**
Dengan kursi mewah dalam ruang gelap Amerika
Siapa gerangan pemilik suara
Eropa itu? Tak ada selembar partitur pun disini.
Para penembak itu menyalakan senjata
Dengan peluru Cina
Para pendekar botak memeluk peluru
Dengan punggung menghadap nirwana
Siapa gerangan pemilik genangan darah
Asia itu? Tak ada selembar surat pun di situ.
Lewat gesekan legato yang seru
Lewat lawatan staccato yang menderu
Sebuah kelembutan yang kutemukan: diam…
Kecriwisan untuk kematian tak mungkin kuujar dengan lisan garuda
Tarian kematian dan perang itu hanya obrolan di istana
*Minuet in G karya JS Bach (zaman Barok)
**Minuet in G karya Beethoven (zaman Klasik)